Percaya Pada Pembeda
Kita seperti api dan minyak tanah
Saling membakar hingga luluh lantah
Aku yang habis terbakar api
Kamu yang padam setelah aku tak tersisa lagi
Dan yang tertinggal hanyalah ketiadaan
Kita seperti ombak dan karang ditepi lautan
Saling berbenturan hingga tak karuan
Kamu yang datang dengan ombak kemarahan
Aku yang hanya bisa diam membatu menahan perasaan
Dan yang tersisa hanyalah perasaan yang terkikis tak utuh
Kita seperti air dan minyak
Tak akan pernah menyatu sekuat apapun diaduk
Kamu dengan egomu
Aku dengan pendirianku
Dan yang tersisa hanyalah prinsip masing-masing tanpa menjadi satu
Sejauh ini kita masih bertahan
Dengan begitu banyak perbedaan
Namun kita memegang satu alasan
Kita percaya bahwa peran waktu sebagai pembiasaan
Bukankah setiap masalah yang datang dalam sebuah hubungan adalah pembelajaran?
Pembelajaran untuk menepiskan tingginya keegoisan
Pembelajaran untuk memahami perasaan
Ada kalanya aku lelah dalam belajar
Ketahuliah, bagiku, memahamimu tak semudah mengerjakan soal aljabar
Aku yang terbiasa meremehkan hal kecil
Kamu yang terlalu peka dengan hal kecil
Darimu, aku belajar menghargai sebuah kabar
Jauh disana, kamu menungguku bercerita tentang hari-hariku dengan perasaan yang berdebar
Pahamilah, aku tak pandai menjadi seorang pencerita
Karena aku menulis cerita
Aku lebih senang bila kamu yang bercerita
Tatapan mata
Gerak bibir dalam tiap kata
Aku menyukainya
Sebanyak apapun kita saling menyakiti
Sebanyak itu pula kita belajar saling memahami
Memang menyebalkan saat menyadari cara belajar kita seperti ini
Bukan kata romantis ditiap pagi
Bukan buket bunga yang menghampiri
Bukan makan malam dengan alunan piano yang menemani
Ini cara kita sendiri
Aku percaya api dan minyak tanah dalam berdampingan untuk memberi terang
Aku percaya karang akan menenangkan ombak yang kelelahan menerjang
Aku percaya semua perbedaan memiliki titik temu yang tenang
Aku masih percaya
Pun pada kita. . .




Komentar
Posting Komentar