Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Sebuah Tulisan di Penghujung Tahun

Gambar
Banyak hal yang berlalu memberi warna pada perjalanan. Naik turunnya perasaan, bahagia dan kecewanya dengan keputusan, hingga suka dan duka dalam persahabatan. Merasakan mencintai dan dicintai namun harus berujung patah hati. Tak apa.. tak perlu disesali. Perjalan hidup berbeda dengan pelajaran di bangku perkuliahan. Banyak kejutan ditiap keputusan. Merasakan kerasnya berjuang namun harus berujung dengan pasrah menerima kekalahan. Tak apa.. tak usah dirisaukan. Setidaknya kamu belajar untuk gigih meraih apa yang diimpikan. Dan kamu memahami bahwa sebaik-baiknya rencana yang kamu buat tidak lebih baik dari rencana yang dibuat Tuhan. Sebagai manusia biasa, terlalu naif bila aku hanya ingin bahagia. Karena sejatinya duka, lara, dan kecewa akan tetap ada. Aku hanya ingin lebih berlapang dada. Mampu menerima ribuan kata maaf dari mereka yang membuatku terluka. Mampu berkata “maaf” atas sikapku yang membuat mereka luka. Mampu berucap “terima kasih” b...

Aku Merindukanmu

Gambar
AKUMERINDUKANMU.. Sengaja aku tulis tanpa jeda agar kamu tahu tidak ada ruang kosong selain merindu.  Namun membalas rindu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada jarak   yang menyapa untuk melatih rasa saling percaya. Ada waktu yang terus menerus menguji ketidaksabaranku. Jarak dan waktu hadir bukan untuk dikeluh kesahkan. Mereka ada agar kita terus belajar menguatkan. Aku percaya sesuatu yang indah tidak datang dengan begitu mudah. Sesuatu yang memiliki arti membutuhkan usaha untuk bisa didapati. Kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan diwaktu yang kita rencanakan. Karena sebaik-baiknya kamu berencana, tetap Tuhan yang memutuskan. Mungkin tidak sekarang, tapi tetaplah yakin bahwa hari itu akan datang. Jadikan yakin ini sebagai arang yang membakar perasaan. Agar cinta tidak meredup dan berlalu kemudian. Akan ada saatnya kubuka mata dan orang yang pertama kulihat adalah kamu. Mengucapkan indahnya pagi dengan ...

Percaya Pada Pembeda

Gambar
Kita seperti api dan minyak tanah Saling membakar hingga luluh lantah Aku yang habis terbakar api Kamu yang padam setelah aku tak tersisa lagi Dan yang tertinggal hanyalah ketiadaan Kita seperti ombak dan karang ditepi lautan Saling berbenturan hingga tak karuan Kamu yang datang dengan ombak kemarahan Aku yang hanya bisa diam membatu menahan perasaan Dan yang tersisa hanyalah perasaan yang terkikis tak utuh Kita seperti air dan minyak Tak akan pernah menyatu sekuat apapun diaduk Kamu dengan egomu Aku dengan pendirianku Dan yang tersisa hanyalah prinsip masing-masing tanpa menjadi satu Sejauh ini kita masih bertahan Dengan begitu banyak perbedaan Namun kita memegang satu alasan Kita percaya bahwa peran waktu sebagai pembiasaan Bukankah setiap masalah yang datang dalam sebuah hubungan adalah pembelajaran? Pembelajaran untuk menepiskan tingginya keegoisan Pembelajaran untuk memahami perasaan Ada kalanya aku lelah dalam bel...

Pamitlah

Gambar
Jika selamat tinggal tidak mampu diucapkan,  Maka jangan pernah datang dengan "Hai" sebagai awal perjumpaan. Aku benci dengan perpisahan. Sekalipun kamu pergi perlahan. Kemudian tenggelam dalam bayangan. Membuat kita yang berawal saling menyempurnakan. Kemudian berujung seperti dua orang orang asing diseberang jalan. Hanya saling pandang dan tak menghiraukan. Pamitlah, agar aku siap untuk perubahan. Maka dengan begitu aku dapat ikhlas melepaskan. Mengubah kebiasaan menjadi biasa aja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Akupun tidak ingin hidup dalam bayang-bayangan kenangan. Apakah kamu tahu bagaimana rasanya hidup dalam bayangan? Rasanya seperti seluruh paru-paru terisi oksigen yang sangat banyak. Tidak ada cukup ruang untuk bergerak. Begitu sesak. Sesalku yang menyesak.

Untukku yang Sudah Mati Rasa

Gambar
Tidak mudah bagiku untuk berdamai dengan masa lalu. Bersamanya, membuat hariku tidak abu-abu. Senyumnya, membuat jantungku berdebar tak menentu. Hingga akhirnya rasa nyaman itu kuletakkan kepadamu. Mungkin semesta tidak peka dengan perasaan yang kupunya. Hingga dengan tega membantingku dalam sakit dan luka. Sebelumnya, aku manusia berjuta rasa. Setelahnya, aku mati rasa. Dulu kusebut itu cinta. Kini kusebut itu luka. Menjalani hari dengan kesibukan. Semata-mata demi mengikis bayang dan perasaan dalam angan. Hangat dan cerah berbalik dingin dan itu tidak menyenangkan. Awal yang sulit, terbiasa kemudian. Ingin marah, tetapi tak tahu mana yang salah. Ingin sedih, malah hati semakin lirih. Adakah menyenangkannya dari seseorang yang hatinya patah? Semesta membuat ceritanya. Menghadirkan dia sebagai pemeran penggantinya. Namun hatiku terlanjur mengeras. Menerima hangatnya pun aku rasa tak pantas. Seperti rintik air yang jatuh diatas batu. Perlahan menembus...