Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Ego Terbesarku Dalam Mencintai Kamu

Pada akhirnya aku menjadi orang yang kalah.. Kalah dari keadaan yang terpaksa membuatku menyerah.. Menyerah untuk memperjuangkanmu yang telah memilih bahagia dengannya. Tak apa bagiku.. Toh, sejauh apapun kamu mencari bahagia, bila aku adalah jalanmu, Tuhan akan menggiringmu. Setidaknya itulah selipan doa di malam-malamku. Namun bila kita tak ditakdirkan bersama, aku hanya berharap bahwa aku mampu berjalan dijalan yang bukan kamu. Aku mampu berdiri tegak meski kaki kananku hilang mencari tuannya yang baru. Aku.. Aku adalah orang yang mencintaimu terlalu dalam. Namun aku tak ingin menenggelamkanmu dalam egoku. Untuk itu aku belajar menerima kekalahan. Untuk itu aku belajar mengikhlaskan. Untuk itu aku belajar melepaskan. Kesalahan terbesarku adalah tidak mempersiapkan kehilanganmu. Seharusnya aku tahu, saat aku belajar mencintaimu, saat itu juga aku harus mempersiapkan untuk kehilanganmu. Cuman apalah dayaku sebagai manusia yang dibuai cinta. Diberdaya dengan kisa...

A Little Thing called Happiness

Aku tidak pernah menyangka akan bertemu orang seperti kamu. Wanita yang rela terlihat konyol agar aku tetap tertawa. Wanita yang sudi membagi waktunya untuk memperhatikan orang lain. Wanita yang tidak pernah pelit untuk membagi senyumnya. Kamu tahu? Senyummu itu adalah penyemangat hari-hariku. Senyummu membawa candu yang tak ingin kucari penawarnya. Bahagiaku, saat menyadari kalau senyum itu selalu ada untukku. Aku bahagia saat bisa menghabiskan hariku bersamamu. Menikmati waktu dalam belaian angin yang lembut. Menatap langit sore yang congkak dengan warna emasnya. Menikmati saat terbaring dalam pangkuanmu lalu Membicarakan tentang masa depan. Masa depanmu dengan aku dan beberapa malaikat kecil yang di titipkan Tuhan untuk kita. Tak ada yang perlu aku khawatirkan di dunia ini bila ada kamu sebagai penguatku. Alasanku untuk tetap berjuang demi bahagia yang kita impikan. Berjanjilah untuk tidak pergi. Bertahanlah untuk merasakan bahagia ini bersamaku. Tangan ini... ...

Kepalsuan

Aku adalah orang yang bodoh karena telah mencintaimu dalam diamku. Aku adalah seorang pecundang yang tak pernah berhasil mengumpulkan nyali untuk menyatakan cinta. Bagaikan pemain sandiwara yang mampu tertawa padahal hati ingin menangis. Aku mampu terlihat tegar padahal hati ini rapuh. Dan aku mampu menyembunyikan rasa cintaku dari pandanganmu. Di dekatmu, aku merasa nyaman. Beban yang kupikul berat seakan ringan. Bersamamu, hariku terasa sempurna. Sangat sempurna hingga aku tenggelam didalamnya. Sayangnya aku terlambat. Aku terlalu lama larut dalam kenyamanan tanpa menghiraukan bahwa perasaan ini meminta kepemilikan. Kini, kamu telah bahagia dengan lainnya. Sosok adam yang kamu damba dan impikan telah ada dalam genggammu. Mungkin, ini saatnya aku untuk belajar melepaskan apa yang belum sempat aku dapati. Ya! Perasaan itu! Sekarang, aku harus membiarkanmu bahagia dengan yang lain. Tetaplah tersenyum seperti itu. Tetaplah ceria seperti itu. Jangan biarkan berubah...