Pahamilah Segala Pembeda
Dulu, kita beranggapan bahwa bahagia itu sederhana. Cukup aku, kamu dan rasa yakin kita dalam menghadapi dunia. Bahkan rasa sedih yang getir sekalipun bukan menjadi problema. Cukup ada kamu, aku merasa menjadi manusia seutuhnya. Namun waktu terus berjalan. Langkah yang dulu searah, kini terasa tak sejalan. Segala pembeda menunjukkan kekuasaan. Menguji apakah rasa yakin itu akan mampu bertahan. Mengerti dan mencoba untuk memahami. Menguatkan hati untuk mewujudkan mimpi yang dulu kita untai tiap hari. Tetapi aku hanyalah manusia yang punya batas dalam diuji. Kini, kita sedang berada pada dua sisi yang berseberangan. Saling menatap dengan penuh keinginan. Ingin menyatu, namun itu serasa hanya bisa menjadi angan. Bahwasannya aku dan kamu berharap kembali dalam kepemilikan. Dan perlahan kita saling membelakangi. Memaksakan langkah kaki yang tak ingin beranjak pergi. Hanya saja, itu adalah keharusan yang musti dijalani. Men...